ANALISIS MUTU BETON BERBAHAN FABA (FLY ASH BOTTOM ASH) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DENGAN MENGACU PROPORSI CAMPURAN PADA ANALISA HARGA SATUAN PEKERJA

  • Nur Aini Widya Samawi UNISNU JEPARA
  • Yayan Adi Saputro
  • Nor Hidayati
Kata Kunci: Fly Ash, Bottom Ash, Beton FABA, Beton Normal

Abstrak

Pada Penelitian ini, penulis menggunakan limbah FABA (Fly Ash  Bottom Ash)  sebagai alternatif pengganti agregat halus. Penelitian ini dapat mengetahui sifat fisik agregat faba dengan hasil pengujian analisa saringan agregat faba memiliki nilai modulus kehalusan sebesar 2,34 yang termasuk kedalam jenis agregat halus sedang. Pengujian Kadar air pada agregat halus faba dalam kondisi SSD sebesar 3,09 %. Kadar lumpur agregat halus faba sebesar 0 %. Pengujian zat organis pada agregat halus faba didapatkan warna NaOH yaitu warna coklat kemerahan, oleh karena perlu dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton. Berat jenis kering muka agregat halus faba sebesar 2,2 gr/cm2. Oleh karena itu Agregat faba dapat digunakan sebagai pengganti pasir karena memiliki sifat fisik yang memenuhi persyaratan sebagai agregat halus.Hasil Kuat tekan akhir beton faba dan beton normal sebagai kontrol pada usia 7 hari dan 28 hari sudah mencapai mutu yang direncanakan, akan tetapi kuat tekan pada beton normal (kontrol) lebih tinggi dibanding dengan beton faba. Dengan hasil nilai standar deviasi pada usia 7 hari dan 28 hari termasuk dalam kondisi pengerjaan sempurna karena memiliki nilai standar deviasi kurang dari 3 MPa. Adapun hasil pengujian kuat lentur beton didapatkan hanya beton normal K300 dengan kuat lentur sebesar 4,60 Mpa, yang memenuhi SNI 2847:2013 yakni menghasilkan kuat lentur minimum fs = 4,4 MPa. Beton normal memiliki kuat lentur yang jauh lebih tinggi dibanding dengan beton faba, dan semakin tinggi mutu beton yang direncanakan maka semakin besar pula kuat lentur beton yang dihasilkan.

Referensi

[1] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2008). SNI 1970-2008 : Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Badan Standar Nasional Indonesia, 7–18.
[2] Badan Standarisasi Nasional Indonesia. (2011). SNI 4431-2011 : Cara Uji Kuat Lentur Beton Normal dengan Dua Titik Pembebanan. Badan Standar Nasional Indonesia, 16.
[3] Kuntjoro, I. Saud, and D. Harijanto, “Discharge Fluctuation Effect on Meandering River Bed Evolution,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 267, no. 1, p. 12032, Nov. 2017.
[4] Lumenta, H., Bintoro, S. T., Widianto, D., & Suseno, W. (2021). Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Abu Batu Dan Penambahan Fly Ash Terhadap Kuat Tekan Beton. G-Smart, 3(1), 28. [5] Bappeda Kotamadya Surabaya, “Surabaya Drainage Master Plan 2018,” Surabaya, 2000.
[6] SNI 03-1970-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis dan penyerapan air agregat halus. Bandung: Badan Standardisasnisi Indonesia, 1–17.
[7] SNI 03-2834-2000. (2000). SNI 03-2834-2000: Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. Sni 03-2834-2000, 1–34.
[8] SNI 2493-2011. (2011). Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. Badan Standar Nasional Indonesia, 23. www.bsn.go.id
[9] M. Qomaruddin, A. R. Nabella, I. Sitohang, and H. Aylie, “Studi Pengaruh Air Laut Pada Mortar Beton Normal Dan Mortar Beton Dengan Fyl Ash,” J. Tek. Sipil Univ. Atmajaya Jogjakarta, vol. 14, no. 3, pp. 153–160, 2017.
[10] S. S. Mochammad Qomaruddin and Sudarno, “Pemanfaatan Limbah Bottom Ash Pengganti Agregat Halus Dengan Tambahan Kapur Pada Pembuatan Paving,” Rev. Civ. Eng., vol. 01, no. 1, pp. 13–18, 2017.
[11] Yahya, T. T. (2017). Pengaruh Kombinasi Fly Ash Dan Bottom Ash Sebagai Bahan Substitusi Pada Campuran Beton Terhadap Sifat Mekanis. Jom F TEKNIK, 4(1), 1–8.
Diterbitkan
2024-04-05